Pakaian Adat Suku Baduy: Simbol Kesederhanaan dan Kearifan Lokal

Bagi pria Baduy Dalam, pakaian adat mereka disebut Jamang Sangsang. Busana ini dibuat dari kapas asli yang dipintal secara tradisional. 

Baju dijahit manual dengan tangan tanpa tambahan kerah, kancing, ataupun saku. Bentuknya sederhana dengan lubang pada bagian leher dan lengan agar mudah dikenakan.

Warna pakaian dominan putih polos. Warna ini dianggap sebagai lambang kesucian, kemurnian, serta tekad mereka untuk menjaga kehidupan yang bebas dari pengaruh luar. 

BACA JUGA:9 Artis yang Pilih Hiatus dari Dunia Hiburan Saat Hamil, Terbaru Mahalini

Baju tersebut dipadukan dengan kain bawahan yang berwarna hitam ataupun biru tua yang dililitkan di pinggang.

Selain itu, laki-laki Baduy Dalam juga memakai ikat kepala putih. Fungsi ikat kepala bukan hanya sebagai pengikat rambut, tetapi juga sebagai simbol keteraturan, kesederhanaan, dan kepatuhan terhadap aturan adat.

Untuk kaum perempuan, pakaian adat mereka berupa sarung berwarna biru kehitaman yang dikenakan dari tumit hingga dada. 

Modelnya seragam, sederhana, dan tidak banyak variasi. Busana ini mencerminkan kesetaraan di antara perempuan Baduy serta prinsip hidup yang menolak kesombongan dan kemewahan.

BACA JUGA:Panduan Praktis Merawat Rambut Kering dan Berminyak

Pakaian Adat Baduy Luar

Pakaian adat suku Baduy Luar tampak lebih modern dibandingkan dengan Baduy Dalam. 

Pria Baduy Luar memakai Baju Kampret atau dikenal juga sebagai Baju Kelelawar. Baju tersebut dijahit dengan mesin, dan dilengkapi dengan kancing dan juga saku. 

Warna utama yang digunakan adalah hitam, melambangkan keterbukaan mereka terhadap pengaruh luar, meskipun tetap memegang nilai adat.

BACA JUGA:Sakit Perut Setelah Operasi? Ini Penyebab dan Cara Meredakannya

Sebagai pelengkap, mereka mengenakan ikat kepala biru tua dengan corak batik. 

Sumber: