Tradisi Omed-omedan di Bali: Warisan Budaya Unik dan Pemersatu Pemuda
Omed-omedan adalah contoh nyata bagaimana tradisi dapat bertahan dan berkembang tanpa kehilangan makna aslinya. Foto:Instagram@balihints--
MEDIALAMPUNG.CO.ID - Pulau Bali tidak hanya terkenal dengan keindahan alamnya, tetapi juga kaya akan tradisi yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Di antara beragam tradisi tersebut, Omed-omedan menjadi salah satu yang paling menarik perhatian karena keunikannya.
Tradisi ini rutin dilaksanakan di Banjar Kaja, Desa Sesetan, Denpasar Selatan, dan sudah menjadi bagian dari identitas budaya masyarakat setempat sejak berabad-abad lalu.
Omed-omedan diyakini sudah ada sejak abad ke-18 Masehi. Asal katanya berasal dari bahasa Bali, yang berarti saling tarik-menarik.
BACA JUGA:Menjelajahi Wisata Pontianak, Kota Khatulistiwa dengan Ragam Daya Tarik
Tradisi tersebut berawal sebagai upacara adat untuk memohon keselamatan, keberkahan, dan menolak bala bagi warga desa.
Cerita turun-temurun menyebutkan bahwa ketika tradisi ini pernah dihentikan, desa justru mengalami kejadian tidak menyenangkan, sehingga akhirnya Omed-omedan kembali digelar setiap tahun.
Sejak saat itu, tradisi ini menjadi acara rutin yang dilaksanakan sehari setelah Hari Raya Nyepi.
Waktu pelaksanaannya dipilih untuk memberikan suasana keceriaan setelah umat Hindu Bali melewati hari Nyepi yang penuh ketenangan dan perenungan.
BACA JUGA:Danau Gunung Tujuh, Pesona Eksotis yang Diselimuti Misteri di Puncak Kerinci
Tidak semua orang dapat mengikuti Omed-omedan. Peserta biasanya adalah pemuda dan pemudi yang berusia antara 17 hingga 30 tahun dan merupakan warga Banjar Kaja.
Bagi peserta perempuan, ada aturan khusus untuk tidak ikut serta jika sedang mengalami menstruasi. Aturan tersebut dimaksudkan untuk menjaga kesucian upacara dan menghormati adat yang berlaku.
Sebelum memulai acara, seluruh peserta berkumpul untuk melaksanakan doa bersama yang dipimpin oleh tokoh adat. Doa ini bertujuan memohon kelancaran dan keselamatan seluruh rangkaian kegiatan.
Setelah itu, peserta dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok laki-laki dan kelompok perempuan, yang kemudian saling berhadapan di area yang telah ditentukan.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:




