Disway Awards

Klana Rangga Puspita: Kisah Cinta dalam Balutan Topeng Malang

Klana Rangga Puspita: Kisah Cinta dalam Balutan Topeng Malang

Padhepokan Mangun Dharma tampilkan drama tari cinta berlatar Singosari dan Bali penuh simbol budaya-Foto IndonesiaKaya-

MEDIALAMPUNG.CO.ID - Pada 6 Oktober 2024, panggung Galeri Indonesia Kaya menghadirkan pertunjukan drama tari yang mengangkat budaya tradisional Jawa Timur, khususnya dari Malang. 

Sebuah karya berjudul “Klana Rangga Puspita” ditampilkan oleh Padhepokan Seni Mangun Dharma, dengan membawakan kisah cinta antara dua tokoh kerajaan: Prabu Klana dari Bali dan Dewi Munti dari Singosari.

Pertunjukan ini menggunakan gaya tari topeng Malangan, yang dikenal dengan kekuatan ekspresinya melalui topeng dan gerak tari yang khas. 

Penonton diajak menyelami kisah romansa yang tidak hanya penuh cinta, tetapi juga diwarnai dengan konflik, ketegangan, dan nilai-nilai luhur yang berasal dari cerita rakyat dan sejarah lokal.

BACA JUGA:Skandal Emas di Balik Jabatan: Dugaan Gratifikasi Eks Dirut ASDP Mengemuka di Pengadilan

Kisah bermula ketika Prabu Klana, seorang raja dari wilayah Bali, jatuh hati kepada Dewi Munti, seorang putri bangsawan dari Singosari. 

Keinginannya untuk meminang sang dewi memunculkan berbagai rintangan, baik dari sisi politik, budaya, maupun perasaan. 

Hubungan mereka tidak berjalan mulus karena adanya ketidaksepahaman antar kerajaan, hingga munculnya konflik yang menguji kekuatan cinta dan tekad mereka berdua.

Yang membuat pertunjukan ini menarik adalah penggunaan topeng Malangan, yang tidak hanya berfungsi sebagai properti visual, tetapi juga sebagai penanda karakter dan suasana hati. 

BACA JUGA:Bukit Malimbu Lombok: Surga Pemandangan Laut dan Spot Foto Favorit Wisatawan

Warna, bentuk, dan ekspresi pada topeng-topeng tersebut membantu memperjelas narasi tanpa perlu banyak dialog. 

Gerakan para penari disusun secara rinci dan penuh makna, mencerminkan latar emosional tokoh yang mereka perankan.

Selain tari, unsur musik tradisional seperti gamelan Jawa turut menghidupkan suasana. Iringan musik tidak hanya mendukung suasana panggung, tetapi juga menjadi media penyampaian emosi, mulai dari ketegangan, kebahagiaan, hingga kesedihan. 

Perpaduan antara musik dan tari menghasilkan harmoni yang mengikat perhatian penonton dari awal hingga akhir.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: