BYD Ancam Konsolidasi, Harga EV Dinilai Tak Rasional

Mobil China bersaing ketat hingga melakukan praktik perang harga.//Foto:DOK/Google.--
MEDIALAMPUNG.CO.ID - Industri kendaraan listrik (EV) di China tengah mengalami tekanan serius akibat persaingan harga yang semakin tak terkendali.
Kompetisi yang awalnya dimulai hanya dengan strategi penetapan harga agresif kini justru berubah menjadi perang harga yang berdampak negatif bagi keberlanjutan industri Otomotif.
Bahkan, produsen mobil terbesar yang berasal dari China seperti BYD kini mulai menyuarakan kekhawatirannya atas situasi itu.
Dalam beberapa bulan terakhir, harga jual mobil listrik di pasar domestik China jatuh hingga menyentuh titik yang tidak rasional.
BACA JUGA:Jetour Perluas Akses Kepemilikan SUV di Indonesia dengan Program Inovatif
Beberapa model bahkan dipasarkan dengan harga lebih murah dibanding mobil kompak seperti Nissan Versa di Amerika Serikat. Fenomena ini mengundang keprihatinan dari pemerintah Tiongkok.
Otoritas setempat akhirnya memanggil para eksekutif otomotif dalam sebuah pertemuan penting pada awal Juni 2025.
Tujuannya jelas yaitu minta para produsen mengakhiri praktik jual rugi dan diskon besar-besaran yang dinilai mengganggu stabilitas industri mobil nasional.
Perdana Menteri Li Qiang menyebut praktik ini sebagai bentuk “persaingan involusioner”, yaitu kompetisi yang justru mengarah pada kerugian kolektif.
Pemerintah mendorong perusahaan untuk menjalankan pengawasan mandiri serta menyusun strategi penetapan harga yang lebih rasional dan berorientasi jangka panjang.
Pengakuan mengejutkan datang dari BYD salah satu pemain utama pasar EV global. Bahkan Wakil Presiden Eksekutif BYD, Stella Li dengan terang-terangan menyatakan jika kompetisi harga saat ini sudah keluar dari jalurnya.
Ia menilai kondisi ini tidak dapat dipertahankan lebih lama dan memperkirakan akan terjadi konsolidasi besar di sektor otomotif China.
“Ini tidak bisa terus berlanjut,” ujarnya dalam forum industri yang digelar Bloomberg, pertengahan Juni 2025.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: