Ekonomi RI Masih Lesu di Awal 2025, Ini Deretan Masalah yang Dihadapi Pengusaha

Ekonomi RI Masih Lesu di Awal 2025, Ini Deretan Masalah yang Dihadapi Pengusaha

Ekonomi lesu.-Foto Ilustrasi Freepik-

MEDIALAMPUNG.CO.ID – Pertumbuhan ekonomi Indonesia terus menunjukkan perlambatan, dan hingga kuartal pertama tahun 2025, laju pertumbuhan hanya mencapai 4,87%. Angka ini mencerminkan situasi yang semakin menantang bagi pelaku usaha di Tanah Air.

Dalam paparan terkini yang disampaikan oleh Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), terungkap bahwa kondisi ini disebabkan oleh berbagai faktor fundamental yang saling berkaitan, mulai dari lemahnya daya beli masyarakat hingga gejolak nilai tukar rupiah yang belum stabil.

Salah satu penyebab utama kelesuan ekonomi adalah anjloknya konsumsi rumah tangga. Meskipun kuartal pertama 2025 mencakup momentum Ramadan dan Lebaran—periode yang biasanya memicu lonjakan belanja masyarakat—pertumbuhan konsumsi justru stagnan di angka 4,89%.

Ini merupakan yang terendah dalam lima kuartal terakhir, menandakan bahwa tekanan ekonomi mulai merasuki aktivitas konsumsi warga, termasuk kelas menengah.

BACA JUGA:12 Souvenir Pernikahan Artis Indonesia yang Mewah, Unik, dan Bikin Tamu Terpukau

Tak hanya sektor konsumsi, kebijakan fiskal pemerintah pun dinilai belum mampu memberikan dorongan yang dibutuhkan. Pada awal tahun ini, belanja pemerintah justru mengalami kontraksi sebesar 1,38%. 

Hal ini mengindikasikan adanya pendekatan fiskal yang lebih konservatif, di tengah tekanan domestik dan perlambatan global. 

Pelambatan pengeluaran negara turut mengurangi efek pengganda fiskal yang selama ini menjadi penopang utama pertumbuhan.

Kondisi ini diperburuk oleh investasi yang tidak menunjukkan geliat positif. Indikator Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB), yang mencerminkan pertumbuhan investasi riil, hanya meningkat 2,12%—terendah dalam dua tahun terakhir. 

BACA JUGA:Soal Saluran Air Perumda AM Way Rilau yang Mati, Ini Penjelasannya

Investor cenderung menahan diri karena menanti kepastian arah kebijakan pasca-transisi pemerintahan. 

Selain itu, masalah klasik seperti regulasi yang kompleks, iklim investasi yang kurang ramah, dan keterlambatan reformasi struktural masih membayangi.

Dari sisi operasional, pelaku usaha menghadapi tantangan berat lainnya, seperti tingginya biaya logistik dan berbagai hambatan non-teknis yang mengganggu stabilitas berusaha.

Situasi ini semakin menyulitkan bagi sektor swasta untuk bertahan dan berkembang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: