Bahasa Lampung Dibawah Bayang-Bayang Kepunahan

Bahasa Lampung Dibawah Bayang-Bayang Kepunahan

Nadia Khumairatun Nisa, S.Sos.--

Oleh : Nadia Khumairatun Nisa, S.Sos.

Mahasiswa Magister Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Lampung

 

BAHASA adalah kunci utama dalam komunikasi antar individu, tanpanya mustahil interaksi akan terbangun meskipun tidak semua individu menggunakan bahasa yang sama. 

Setiap negara dapat dipastikan memiliki lebih dari satu bahasa seperti di Indonesia. 

Berdasarkan data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI tercatat, Indonesia memiliki 718 bahasa daerah yang tersebar di seluruh Provinsi dengan jumlah bahasa daerah terbanyak ada di Papua. 

Menariknya, berdasarkan data Ethnologue tahun 2022 jumlah yang demikian membawa Indonesia menjadi negara dengan bahasa paling banyak kedua di dunia. 

Sebuah kekayaan budaya yang sangat menakjubkan dan mestinya menjadi suatu kebanggaan bagi bangsa Indonesia. 

Hal yang membanggakan ini bagi masyarakat Indonesia juga bahasa daerah merupakan bahasa ibu yang diwariskan secara turun temurun dan menjadi bagian dari alat komunikasi dalam lingkungan pergaulan atau dengan kata lain sebagai identitas diri individu. 

Namun, yang semestinya patut dibanggakan dan melekat dalam diri masyarakat sebagai bagian dari identitas diri, nampaknya tidak demikian hadir di masyarakat tutur. 

Beberapa dekade terakhir kemerosotan penutur bahasa daerah kian menjadi isu hangat yang tengah diperbincangkan. 

Dilansir dari indonesiabaik.id kondisi bahasa daerah di Indonesia saat ini cenderung mengalami kemunduran dan masuk ke taraf punah, di antara bahasa tersebut adalah Bahasa Reta di Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur, Bahasa Saponi di Kabupaten Waropen, Papua, Bahasa Ibo di Kabupaten Halmahera Barat, dan Bahasa Maher di Pulau Kisar, Maluku. 

Lebih lanjut, setidaknya terdapat 18 bahasa daerah terancam punah diantaranya 9 bahasa daerah di Papua, 2 bahasa daerah di Maluku, 4 bahasa daerah di Sulawesi, 1 bahasa daerah di Nusa Tenggara Timur, serta 2 bahasa daerah di Sumatera (bahasa Banjau Tungkal, dan Lematang). 

Jika hal ini terus dibiarkan maka bukan hal yang mustahil kepunahan menjadi nyata adanya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: