Minyak Goreng Sulit Didapat, UMKM Macet

Minyak Goreng Sulit Didapat, UMKM Macet

Medialampung.co.id - Susahnya mendapatkan minyak goreng, berimbas pada sejumlah usaha kecil dan menengah (UMKM) dan industri kecil menengah (IKM) di Kabupaten Pringsewu.

Bahkan beberapa di antaranya sudah melakukan penghentian produksi. Kondisi ini tak hanya berpengaruh pada si pemilik usaha namun karyawannya juga terpaksa harus menganggur.

"Nggak ada minyak jadi tak bisa produksi," kata Bambang Robani pemilik usaha camilan dengan merk Robbani ini. 

Kebutuhannya per hari setidaknya 150 liter minyak goreng. Itu pun membelinya tak bergantung pada Indomaret atau Alfamart. Kedua minimarket ini hanya menjual untuk rumah tangga. 

"Saya biasa membeli dari toko grosirnya Tapi sudah beberapa waktu ini tak dapat minyak goreng," akunya. 

Berbagai upaya dilakukan namun sampai kini juga belum mendapat cara kemana akan mendapatkannya. Sementara usaha yang dijalankan sangat bergantung pada olahan dari kelapa sawit ini.

"Sementara pesanan banyak, tapi nggak bisa produksi," jelas pria berusia di atas 50 tahunan itu. 

Tanggungan yang mesti diselesaikan diantaranya kiriman ke Taiwan berupa camilan serta mengisi stok ke sejumlah gerai.

"Kiriman ke Taiwan setidaknya Satu ton, untuk Akhir bulan ini. Kemudian 2 ribuan bungkus ke Indomaret serta ke Alfamart dan beberapa tempat lainnya," ungkap Bambang. 

Dia mengaku bingung bagaimana harus menyelesaikan tanggungan tersebut. Sementara hal ini menyangkut kepercayaan konsumen terlebih untuk menembus pemasaran ke toko retail termasuk ke Taiwan tak mudah.

"Saya justru berterimakasih ke Indomaret, Alfamart dan toko retail lainnya karena bisa memasarkan cemilan. Bahkan tercatat satu satunya UKM dari Pringsewu yang bisa menembus pemasaran di Indomaret Bengkulu, Palembang ini tak mudah," ujarnya. 

Ketiadaan minyak goreng membuat penghentian produksi. "Sudah hampir 10 hari berhenti produksi," sebut Bambang. 

Padahal setidaknya perharinya mampu mengolah 1,5 ton bahan baku singkong. Mandeknya produksi tentu saja berpengaruh pada berhentinya aktivitas tak kurang 80 pekerjanya.

"Ya warga sekitar yang bekerja berhenti karena tak ada produksi," jelasnya. Mengingat para pekerja sudah bergantung pada usaha Robani mereka pun dengan terpaksa menganggur.

Akibat susahnya mendapat minyak goreng yang berpengaruh pada UMKM dan IKM juga dirasakan Ros pengelola Snack Rafin. Tatang Seno dan Sofi pembuat panganan Untir Untir serta pelaku usaha lainnya.

Terkait kebutuhan minyak goreng tersebut anggota komisi II meminta agar pelaku UMKM mendapat prioritas.

"Diskoperindag agar meminta agar UMKM dan IKM juga mendapat prioritas minyak goreng. Ini untuk menjaga kelangsungan usaha mereka," pesan Anton Subagiyo dan Triaksono.

Menanggapi hal itu Dinas Koperindag Pringsewu diwakili kabidnya Reka mengatakan, pihaknya hanya menjembatani dengan supplier. (sag/mlo)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: