Harga Pestisida di Waykanan Mengalami Kenaikan Hingga Rp25.000/Liter

Medialampung.co.id - Ditengah deraan pandemi corona yang masih belum kunjung usai masyarakat Waykanan yang 80% adalah berprofesi sebagai petani dikejutkan dengan melonjaknya harga minyak semprot pembasmi rumput (pestisida), dan susahnya mendapatkan pupuk subsidi bagi petani yang tidak masuk menjadi anggota kelompok tani.
“Sekarang ini benar-benar masa yang sulit bagi kami para petani, di satu sisi kami harus terus mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarga, disisi lain untuk keluar rumah mencari kerja kami masih takut corona dan masih banyak lagi persyaratan yang harus kami penuhi, ditambah lagi sekarang harga pestisida naik tinggi bahkan ada yang naik Rp.20.000/liter. Untuk mendapatkan pupuk subsidi juga harus menjadi anggota kelompok tani, sementara saya orang miskin tapi tidak diajak ikut kelompok tani,” keluh Slamet, warga Blambangan Umpu.
Lebih jauh Slamet juga mengeluhkan adanya aturan yang mengharuskan masyarakat khususnya petani ikut kelompok tani untuk dapat pupuk bersubsidi, karena ia melihat masih banyak orang orang kaya yang memupuk tanamannya dengan pupuk subsidi.
Terpisah, Sekretaris Dinas Hortikultura dan Peternakan Waykanan, Rofiki, STP, MM, membenarkan bila saat ini untuk mendapatkan pupuk subsidi seorang petani harus terdaftar dalam Kelompok Tani, sedangkan untuk kenaikan harga obat pembasmi rumput ia mengaku tidak mengetahuinya.
“Jadi kalau petani mau pupuk subsidi maka ia harus masuk menjadi anggota kelompok tani, kalau mau beli pupuk Non subsidi boleh beli dimana saja, dan kelompok tani dilarang untuk memperjualbelikan pupuk subsidi jatah anggotanya, demikian pula kios pupuk harus menjual pupuk subsidi kepada petani atau anggota kelompok tani dan tidak boleh diluar itu, kalau itu dilanggar maka pasti akan diberikan sanksi, dan khusus untuk pengawasan pendistribusian pupuk kita telah memiliki KP3 (Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida),” terang Rofiki.
Sayangnya Kadis Indsutri dan Perdagangan Waykanan, Kiki Christianto, Z.SE.MM, belum dapat dikonfirmasi terkait naiknya harga pestisida di Pasaran, namun demikian menurut Tono penjual pestisida yang ada di Blambangan Umpu naiknya harga jual pestisida itu dipicu oleh naiknya harga bahan baku.
“Kami sendiri heran kok ini obat naiknya tinggi dan bahkan bukan lagi naik tapi berubah harga karena kalau naik itu paling Rp.1000 hingga Rp.5000/liter, inikan bahkan ada yang dari Rp.50.000 jadi Rp.70.000, dan yang Rp.60.000 jadi Rp.80.000., kami sebagai penjual Cuma dikatakan harga bahan bakunya juga naik dan susah, dan petani juga banyak yang pulang lagi gak jadi beli,” ujar Tono.
Dari hasil penelusuran di lapangan, kenaikan harga pestisida itu tidak hanya di Blambangan Umpu, di Kecamatan Kecamatan lain juga mengalami kenaikan harga yang sama.
“Ya Gak jauh beda, di toko langganan saya di Rebang Tangkas harga pestisida juga naik, bahkan ada yang naik hingga Rp.25.000/ liter, jadi entah bagaimana nantinya nasib kami petani, apa iya mau tunggu BLT terus, katanya dulu harga bahan pokok dan saprotan tidak naik buktinya sekarang semua naik,” ujar Anto warga Rebang Tangkas saat ditanyakan tentang pindah harganya pestisida dan susahnya mencari pupuk subsidi saat ini.(sah/mlo)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: