BUMK Didorong Jadi Supplier E-Waroeng
Medialampung.co.id - Guna meningkatkan taraf ekonomi masyarakat kampung, Ketua DPRD Lampung Tengah Sumarsono mendorong Badan Usaha Milik Kampung (BUMK) bisa menangkap peluang atau menjadi supplier E-Waroeng dalam penyaluran Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT). Perwakilan dari 15 kampung diedukasi untuk peningkatan kapasitas BUMK di Kebon Edukasi PDI Perjuangan, Minggu (6/9).
Sumarsono menyatakan dirinya mendorong BUMK berdaya guna, bermanfaat, dan berhasil.
"Kita dorong kapasitas BUMK. Kita lakukan penguatan supaya BUMK berdaya guna, bermanfaat, dan berhasil. Dengan begitu ekonomi kerakyatan bisa berjalan. Apalagi kita sama-sama tahu, krisis apa pun masyarakat kampung bisa bertahan," katanya.
Untuk memulainya, kata Sumarsono, dengan menjadi supplier atau penyalur BPNT.
"BUMK bisa jadi supplier atau penyalur E-Waroeng. Dengan begitu ekonomi masyarakat akan bergerak dan perputaran uang ada di kampung. Tidak keluar. Apalagi Lamteng lumbung pangan. Artinya terkait beras dan lain-lain di kampung tersedia. Jika sudah berjalan bisa merambah jadi supplier pembangunan yang menggunakan alokasi dana kampung (ADK) dan PKH. Potensi dan peluang ini harus bisa dimanfaatkan BUMK sehingga kesejahteraan perekonomian kampung bisa berputar lebih cepat. Negara kuat, ekonomi di kampung kuat," ujarnya.
Sekarang ini, kata Sumarsono, baru satu kampung yang berjalan.
"Baru BUMK satu kampung yang berjalan. Yakni di Kampung Variagung, Kecamatan Seputihmataram. BUMK lainnya masih terkendala SDM dan masih takut terkait tekanan-tekanan. Kalau lewat BUMK, penerima manfaat bisa dapat lebih. Beras biasanya 11 kg dikasih 12 kg dan telur kasih 15 butir yang besar-besar," ungkapnya.
Sedangkan Ketua BUMK Variaagung Sela Agustina menyatakan BUMK jadi supplier sudah berjalan tiga bulan.
"Sejak Juni 2020 mulai jalan. Kendalanya cari kualitas barang yang bagus agak sulit dan teknisnya karena baru awal. Kendala lainnya ada pendamping PKH yang kurang percaya dengan BUMK bisa menghandle. Alhamdulillah BUMK bisa dapat untuk sekitar Rp8 juta," katanya.
Dalam memulai, kata Sela, harus siap menghadapi tantangan dari oknum-oknum yang berkepentingan.
"Kemudian beli barang jangan dari tangan kedua. Kalau bisa dari tangan pertama. Harga jauh lebih murah," ungkapnya. (sya/mlo)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: