69  Warga Lambar Positif DBD

69  Warga Lambar Positif DBD

Medialampung.co.id -  Jumlah warga Kabupaten Lambar yang terkena penyakit  Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Lambar selama bulan Januari-April tercatat 69 orang. 

”Berdasarkan laporan dari puskesmas dari Januari hingga April terdapat 69 warga yang terkena penyakit DBD.  Kasus terbanyak di Kecamatan Balikbukit,” ujar Sekretaris Dinas Kesehatan Cahyani Susilawati, S.K.M, M.Kes mendampingi Kepala Dinas Kesehatan Paijo, S.KM, M.Kes, Rabu (13/5).

Menurut Cahyani, sebanyak 69 kasus DBD itu rinciannya Puskesmas Sumberjaya delapan orang, Puskesmas Bungin satu orang, Puskesmas Pajarbulan delapan orang, Puskesmas Srimulyo satu orang, Puskesmas Sekincau lima orang, Puskesmas Kenali satu orang, Puskesmas Batubrak empat orang, Puskesmas Liwa 26 orang, Puskesmas Buay Nyerupa enam orang, Puskesmas Lumbok dua orang, Puskesmas Kebuntebu empat orang, Puskesmas Batuketulis tiga orang. “Rata-rata kasus DBD tersebut impor (dari luar daerah),” kata dia seraya menambahkan, sebanyak 69 kasus itu, 12 kasus terjadi di bulan Januari, 22 kasus di bulan Februari, 30 kasus pada Maret dan lima kasus terjadi di bulan April.   

Lebih jauh dia mengatakan, DBD merupakan penyakit yang ditularkan oleh virus yang dikenal dengan virus dengue. Dimana virus dengue untuk bisa menginfeksi manusia membutuhkan perantara atau vektor yang mana untuk DBD vektornya adalah nyamuk Aedes. Ada dua jenis nyamuk aedes yang sudah terbukti membawa virus dengue, yaitu Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus, meski diketahui yang paling banyak membawa virus utama dengue ini adalah nyamuk Aedes Aegypti. Virus dengue sendiri termasuk dalam kelompok arbovirus, yakni virus yang bisa menginfeksi manusia dan menginfeksi hewan. “Persebaran Arbovirus ini terjadi di kawasan tropis atau wilayah yang memiliki 2 musim sehingga rentan terkena DBD,” imbuhnya

Lanjut dia, gejala demam dengue sama seperti penyakit dan infeksi virus lainnya, dengan tambahan ada bagian-bagian tubuh yang juga terasa sakit seperti sakit di belakang bola mata, demam hingga  tulang dan otot terasa nyeri.

Kata dia. seseorang terinfeksi virus dengue apabila digigit nyamuk aedes, namun daya tahan tubuh orang tersebut yang membedakan tingkatan jenis demam denguenya, yang paling ringan disebut sebagai demam dengue, tahap keduanya itu demam berdarah dengue dan kalau yang paling berat itu yang sampai menimbulkan (kematian) yang kita sebut sebagai Dengue Shock Syndrome  atau DSS. “Jika memiliki imunitas tubuh baik orang yang terkena gigitan nyamuk Aedes hanya terkena demam dengue tidak sampai DBD. 

“Untuk dapat mengetahui seseorang terkena DBD dilakukan dengan pemeriksaan trombosit dan hematokrit, kalau trombosit dibawah 150.000 sudah dinyatakan DBD, kalau Dengue Shock kenaikan hematokrit sampai 40% dan trombosit dibawah 100.000” ucap Susi - sapaan Cahyani Susilawati.

Masih kata dia, DBD bisa berujung kematian namun bukan karena virus dengue, tetapi karena gangguan dari sirkulasi cairan darah dalam tubuh kita yang menyebabkan syok, kalau tidak teratasi berujung pada kematian. Sampai saat ini belum ada obat DBD, sehingga kunci utama terhindar dari penyakit tersebut adalah dengan melakukan pemberantasan sarang nyamuk dan gerakan 3M Plus. Sementara bagi yang terkena gigitan nyamuk Aedes upaya terbaik adalah dengan membawa ke Puskesmas terdekat. Dikarenakan tidak adanya obat DBD maka obat terbaik adalah daya tahan tubuh, kecukupan cairan dan tidak terlambat sampai ke fasilitas pelayanan kesehatan.

Susi mengungkapkan, Dinas Kesehatan Kabupaten Lambar sebagai pemangku kebijakan dalam hal pencegahan dan penanggulangan DBD ini telah mengadakan sosialisasi ke Puskesmas sebagai Unit Pelaksana Teknis di bawahnya dengan mengadakan pelatihan membuat Ovitrap yaitu alat yang dipakai untuk memutuskan siklus hidup nyamuk sebelum pupa nyamuk berubah menjadi nyamuk secara sederhana untuk semua Puskesmas dengan melibatkan kader kesehatan dan juga beberapa guru sekolah, dan juga diteruskan oleh Puskesmas melalui pembentukan kader Jumantik (Juru Pemantau Jentik) baik di sekolah maupun di masyarakat.  

”Kegiatan ini diharapkan dapat memaksimalkan peran serta masyarakat dalam pencegahan DBD ini karena DBD ini juga merupakan penyakit berbasis lingkungan sehingga peran masyarakat sangat dibutuhkan karena untuk memberantas sarang nyamuk Aedes tidak perlu menunggu musim hujan. Saat musim kemarau, kita tetap harus melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M Plus supaya kasus DBD tidak berkembang biak,” tandasnya. (lusi/mlo)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: