Freelancer yang tidak memiliki dana darurat cenderung mengambil semua proyek tanpa mempertimbangkan nilai, beban kerja, atau potensi masalah. Hal ini sering berujung pada kelelahan, bayaran tidak sepadan, dan stres berkepanjangan.
Sebaliknya, freelancer yang memiliki dana darurat bisa lebih selektif. Mereka memiliki kebebasan untuk menolak proyek dengan tarif rendah atau klien berisiko, serta fokus pada pekerjaan yang benar-benar menguntungkan dan sesuai dengan keahlian.
Tekanan finansial adalah salah satu penyebab utama stres bagi freelancer. Kekhawatiran tentang tagihan bulanan, biaya hidup, dan masa depan sering kali memengaruhi kesehatan mental dan performa kerja.
Dana darurat memberikan rasa aman secara psikologis. Dengan kondisi keuangan yang lebih terkendali, freelancer dapat bekerja lebih profesional, tenang, dan percaya diri dalam menghadapi klien.
BACA JUGA:Kunci Freelancer Bertahan di Tengah Persaingan
Idealnya, freelancer memiliki dana darurat setara dengan kebutuhan hidup selama tiga hingga enam bulan. Jumlah ini disesuaikan dengan gaya hidup, tanggungan, serta tingkat risiko pekerjaan yang dijalani.
Semakin tidak stabil jenis proyek yang dikerjakan, semakin besar dana darurat yang sebaiknya disiapkan.
Dana ini sebaiknya disimpan terpisah dari tabungan harian dan hanya digunakan untuk kondisi benar-benar mendesak.
Dana darurat bukan sekadar solusi jangka pendek, melainkan fondasi penting untuk membangun karier freelance yang berkelanjutan.
BACA JUGA:Tabel KUR BRI 2025 Pinjaman Rp 500 Juta, Tenor 1–5 Tahun dan Syarat Pengajuan
Dengan cadangan keuangan yang cukup, freelancer dapat mengambil keputusan strategis, meningkatkan skill, dan mengembangkan jaringan tanpa dibayangi ketakutan finansial.
Bagi freelancer, memiliki dana darurat bukan pilihan, melainkan kebutuhan. Tanpa perlindungan finansial yang memadai, kebebasan dalam dunia freelance justru bisa berubah menjadi beban yang melelahkan.