Yang menjadi kekhawatiran dan dipastikan menimbulkan kerugian akibat kondisi itu pertama ikan yang sudah siap panen sembari menunggu terjual harus tetap diberikan pakan, sedangkan harga beli pakan sendiri sangat tinggi.
"Bayangkan saja jika ngantri nunggu penjualan diatas 25 hari sementara kebutuhan pakan sepuluh sak per hari dengan harga pakan setiap saknya Rp450 ribu artinya kerugian untuk pakan saja diatas Rp3 juta," katanya.
Masalah lainnya, sebagian besar petani ikan dalam mengembangkan usaha kolam menggunakan modal pinjaman bank yang tidak bisa tidak harus dibayar.
BACA JUGA:Gubernur Lampung Arinal Serahkan Petikan SK Pengangkatan ke 431 PPPK Guru dan Teknis
Karena itu para petani ikan nila Lambar berharap kepada Pemerintah Lambar dapat menemukan formula dalam menyiasati kondisi yang dialami para petani ikan saat ini, seperti dapat mencarikan penampung atau pembeli di luar kabupaten.
Terlebih selama ini karena usaha peternakan ikan di Bumi Beguai Jejama ini berkembang pesat penjualan hasil memang keluar kabupaten.
"Dengan kondisi ini kami hanya berharap untuk bisa kembali modal, itu saja sudah luar biasa, dengan besarnya biaya yang telah digunakan setiap kali masa panen ikan," keluhnya
Sebab kata Nasir jika keadaan seperti ini terus terjadi tidak menutup kemungkinan peternak ikan gulung tikar.*