Rencana Pembukaan Galian C Milik Waka I DPRD Lambar Tuai Penolakan dari Warga
Aktivitas pembukaan jalan menuju lokasi Galian C memicu penolakan warga Buay Nyerupa-Foto Dok-
MEDIALAMPUNG.CO.ID - Rencana pembukaan pangkalan pasir (Galian C) di Pemangku Kejang Tiuh, Pekon Buay Nyerupa, Kecamatan Sukau, Kabupaten Lampung Barat, yang disebut-sebut milik Wakil Ketua (Waka) I DPRD Lampung Barat Sutikno, memicu penolakan kuat dari warga setempat.
Kekhawatiran warga mencuat setelah alat berat terlihat bekerja selama beberapa hari untuk membuka badan jalan selebar sekitar empat meter menuju lahan sawah seluas hampir satu hektar yang baru dibeli oleh Sutikno.
Warga menduga pembukaan jalan itu merupakan tahap awal pembentukan pangkalan pasir, bukan semata-mata pembangunan jalan pertanian. Kecurigaan makin menguat setelah aktivitas alat berat mendadak berhenti.
Usai ramai di protes warga, lokasi kini terlihat sepi, hanya menyisakan bekas galian mirip kolam dan jalan tanah sepanjang kurang lebih 70 meter.
BACA JUGA:Cicilan KUR BRI Rp60–70 Juta 2025, Kenapa Disebut Zona Nanggung
"Kami melihat gelagatnya sudah jelas. Pembukaan jalan itu mengarah ke lokasi yang disebut-sebut akan dijadikan pangkalan pasir. Sekarang sengaja dihentikan agar tidak menimbulkan reaksi warga," ungkap salah satu warga yang enggan disebutkan namanya.
Dugaan warga kian menguat karena sebelumnya sempat beredar informasi dari salah satu pekerja lapangan, yang disebut-disebut salah satu orang dekat Sutikno, menyebut bahwa Wakil Ketua DPRD tersebut memang memiliki rencana membuka pangkalan pasir.
“Mau membuka pangkalan pasir dan nanti akan dibangun jembatan ayun di sebelah sana sebagai permintaan warga,” ujarnya seperti yang dikutip salah satu sumber.
Menanggapi rencana ini, Warga pun secara tegas menolak pembukaan galain C atau pangkalan pasir tersebut karena berpotensi menimbulkan dampak serius terhadap lingkungan.
BACA JUGA:Hoyok-Hoyok, Kuliner Kenyal Warisan Pesisir Jepara
Mereka mengacu pada sejumlah peristiwa longsor besar yang pernah terjadi di Pekon Bandarbaru dan Rantau Panjang Tanjung Raya.
Dua kejadian itu dinilai masyarakat tidak lepas dari aktivitas galian C yang memicu ketidakstabilan kontur tanah. Selain itu, warga juga menyoroti dampak banjir yang sebelumnya telah menggerus banyak persawahan di wilayah tersebut.
“Kalau pangkalan pasir sampai benar-benar dibuka, yang menanggung risiko itu kami. Longsor, banjir, rusaknya akses jalan, semua kami yang akan merasakan,” ujar warga lainnya.
“Yang kami minta sederhana, jangan sampai lingkungan kami rusak karena aktivitas yang hanya menguntungkan segelintir pihak. Keselamatan warga harus didahulukan,” tegas masyarakat.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:





