Danau Matano, Keindahan Alam dan Sejarah Tersimpan di Luwu Timur

Danau Matano, Keindahan Alam dan Sejarah Tersimpan di Luwu Timur

Danau Matano. / Foto --- instagram @visit_sulsel--

MEDIALAMPUNG.CO.ID - Di Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan, terdapat sebuah permata alam yang memikat mata sekaligus menyimpan cerita panjang masa lalu: Danau Matano

Danau ini merupakan salah satu danau tektonik terkemuka di Indonesia dengan kedalaman sekitar 590 meter.

Catatan ilmiah menempatkannya sebagai danau terdalam di Asia Tenggara dan urutan ke-12 terdalam di dunia. 

Permukaannya membentang seluas kurang lebih 28 kilometer persegi di ketinggian 382 meter di atas permukaan laut. 

BACA JUGA:Gunung Sibayak, Wisata Alam Berastagi yang Menjadi Primadona di Tanah Karo

Sejak tahun 1979, pemerintah menetapkan Matano sebagai Taman Wisata Alam karena nilai ekologis dan historisnya yang istimewa.

Danau Matano dikenal sebagai rumah bagi banyak spesies endemik. Data dari World Wide Fund for Nature (WWF) mencatat danau ini termasuk dalam Global Ecoregions, wilayah yang dianggap penting secara global dalam menjaga keanekaragaman hayati. 

Beberapa penghuni khasnya antara lain enam jenis kerang dari genus Tylomelania, tiga jenis kepiting dari keluarga Gecarcinucidae, sepuluh spesies ikan bersirip tajam dari keluarga Thelmaternidae, serta enam spesies udang.

Di antara kekayaan tersebut, terdapat ikan butini (Glossogobius matanensis) dan ikan opudi (Telmatherina celebensis), dua jenis ikan yang hanya hidup di perairan Matano. 

BACA JUGA:Pantai Raihenek Malaka, Surga Tersembunyi di NTT yang Masih Alami

Keberadaan mereka bukan hanya penting bagi keseimbangan ekosistem, tetapi juga menjadi sumber penghasilan bagi masyarakat nelayan setempat.

Selain panorama alamnya yang memukau, Matano juga menyimpan peninggalan arkeologi. 

Penelitian yang diterbitkan Journal of Archaeological Science pada Januari 2021 mengungkap bahwa kawasan ini pernah menjadi pusat pengolahan besi antara abad ke-8 hingga abad ke-17.

Temuan tersebut merupakan hasil kerja sama berbagai lembaga, termasuk Balai Arkeologi Sulawesi Selatan, Universitas Hasanuddin, Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, hingga Australia National University. 

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: