Bakar Tongkang di Riau – Kobaran Api yang Menyimpan Janji Leluhur

Bakar Tongkang di Riau – Kobaran Api yang Menyimpan Janji Leluhur

Tradisi Bakar Tongkang di Bagansiapiapi Riau, kisah bersejarah yang hidup dalam kobaran api-Foto Kemenparekraf-

MEDIALAMPUNG.CO.ID - Di ujung timur Sumatera, tepatnya di Bagansiapiapi, Riau, terdapat sebuah perayaan yang setiap tahun membangkitkan semangat dan rasa ingin tahu ribuan orang. 

Festival ini dikenal dengan nama Bakar Tongkang, sebuah tradisi warisan leluhur etnis Tionghoa yang telah berakar ratusan tahun di wilayah ini.

Perayaan yang berlangsung setiap bulan Juni ini bukan hanya pesta rakyat biasa. Ia adalah kisah sejarah yang dihidupkan kembali, sebuah simbol pengorbanan, tekad, dan kebersamaan masyarakat setempat.

Selama beberapa hari, Bagansiapiapi berubah menjadi pusat kebudayaan yang penuh warna, suara, dan aroma dupa.

BACA JUGA:Cara Mudah Membuat Akun DANA dan Upgrade ke Premium

Jejak Sejarah di Balik Kobaran Api

Tradisi ini bermula dari perjalanan panjang para pendatang dari Fujian, Tiongkok, yang berlayar menuju pantai timur Sumatera pada masa lampau. Mereka datang dengan kapal kayu besar—tongkang—menembus badai dan ombak demi mencari tanah baru untuk ditinggali.

Setelah mendarat di Bagansiapiapi, para pendatang memutuskan untuk menetap. Sebagai tanda tekad dan komitmen, kapal yang membawa mereka dibakar hingga habis. 

Tindakan itu menjadi simbol bahwa mereka tidak akan kembali ke tanah kelahiran, melainkan membangun masa depan di tanah baru. Dari kisah inilah, setiap tahun masyarakat kembali menghidupkan momen bersejarah tersebut melalui ritual Bakar Tongkang.

BACA JUGA:Modal Usaha Mudah! KUR Super Mikro BRI Beri Pinjaman Rp10 Juta Cicilan Mulai Rp170 Ribuan

Persiapan yang Penuh Makna

Menjelang pertengahan Juni, persiapan dimulai. Pembuatan tongkang menjadi tahap paling penting, dilakukan oleh pengrajin berpengalaman yang mewarisi keahlian dari generasi sebelumnya. 

Kapal terbuat dari kayu berkualitas, dihias dengan ukiran dan warna cerah seperti merah, kuning, dan emas—warna yang dipercaya membawa keberuntungan dan kemakmuran.

Selain kapal, jalan-jalan di kota dihias dengan lampion, bendera, dan ornamen tradisional. Masyarakat dari berbagai latar belakang turut membantu, menunjukkan bahwa tradisi ini telah menjadi milik bersama, bukan hanya milik satu kelompok etnis.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: