Waruga: Pemakaman Batu Khas Minahasa yang Sarat Makna

Waruga: Pemakaman Batu Khas Minahasa yang Sarat Makna

Waruga adalah lebih dari sekadar makam batu, perwujudan pandangan hidup Suku Minahasa. Foto: Instagram@tanta_mien--

MEDIALAMPUNG.CO.ID - Indonesia memiliki banyak tradisi kuno yang hingga kini masih meninggalkan jejaknya. Di Sulawesi Utara, khususnya di wilayah Minahasa, terdapat peninggalan bersejarah bernama Waruga. 

Bagi masyarakat setempat, waruga bukan sekadar makam, melainkan simbol keyakinan dan filosofi hidup yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Istilah waruga berasal dari bahasa daerah Minahasa, gabungan kata waru yang berarti rumah dan ruga yang bermakna tubuh. Secara harfiah, waruga berarti “rumah untuk raga”. 

Dalam pemahaman masyarakat Minahasa, tempat ini menjadi hunian terakhir bagi jasad sebelum roh melanjutkan perjalanan ke alam lain.

BACA JUGA:Dahlia Poland Gugat Cerai Fandy Christian, Keluarga Beri Dukungan Penuh

Sejak zaman dahulu, orang Minahasa percaya bahwa roh tetap memiliki kekuatan meski jasad telah tiada. 

Keyakinan ini membuat mereka membangun makam khusus dari batu, yang diharapkan dapat memberikan tempat yang aman dan terhormat bagi orang yang telah meninggal.

Waruga dibuat dari bongkahan batu besar yang dilubangi di bagian tengahnya yang dapat menampung jenazah. Bagian atasnya ditutup dengan batu berbentuk segitiga yang menyerupai atap rumah.

Bentuk ini bukan hanya penutup fisik, tetapi juga dianggap simbol pelindung bagi penghuni di dalamnya.

BACA JUGA:Ahmad Dhani Izinkan Lagu Dewa 19 Diputar Gratis di Kafe dan Restoran

Setiap waruga memiliki ukuran berbeda. Perbedaan ini biasanya dipengaruhi oleh usia orang yang dimakamkan, status sosialnya, dan kemampuan keluarganya. 

Sebagian waruga dihiasi dengan ukiran, seperti motif tumbuhan, hewan, atau simbol-simbol khas Minahasa yang menceritakan kisah hidup almarhum.

Ada aturan khusus saat memakamkan jenazah dalam waruga. Jasad ditempatkan dalam posisi duduk dengan lutut terlipat ke arah dada, mirip posisi bayi di dalam kandungan. 

Filosofi di balik posisi ini adalah bahwa manusia lahir dari rahim ibu dan pada akhirnya akan kembali ke “rahim bumi”.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: