Tantangan Masih Membayangi tapi Penjualan BYD Tembus Rekor di 2025

Tantangan Masih Membayangi tapi Penjualan BYD Tembus Rekor di 2025

BYD mencetak rekor penjualan tertinggi sepanjang 2025 berkat strategi pemangkasan harga besar-besaran.//Foto: Drive/Istimewa--

MEDIALAMPUNG.CO.ID - Perusahaan otomotif asal Tiongkok, BYD (Build Your Dreams), mencetak rekor penjualan tertinggi sepanjang tahun 2025, berkat strategi agresif berupa pemangkasan harga hingga lebih dari 30 persen.

Langkah ini berhasil mendongkrak angka penjualan pada Juni 2025 menjadi 377.628 unit kendaraan penumpang, termasuk 206.884 unit mobil listrik murni (battery electric vehicle/BEV) di pasar domestik.

Jika dibandingkan dengan Juni 2024, penjualan BYD mengalami pertumbuhan tahunan sebesar 11 persen.

Namun, bila dilihat dari bulan ke bulan, pencapaiannya nyaris stagnan, memperlihatkan adanya perlambatan meskipun diskon besar-besaran diberlakukan.

BACA JUGA:Penjualan Mobil Listrik Xiaomi Melejit di China, Ekspansi Internasional Diundur ke 2027

Dengan target tahunan 5,5 juta unit, BYD perlu menjual rata-rata 559.000 unit per bulan selama paruh kedua tahun ini. Hingga akhir Juni 2025, total penjualan mereka telah mencapai 2,1 juta unit.

Di sisi lain, Geely Auto, rival terberat di dalam negeri, menunjukkan kinerja impresif dengan pertumbuhan penjualan hingga 59 persen pada bulan yang sama.

Perusahaan tersebut bahkan berani merevisi target penjualannya menjadi 3 juta unit pada akhir tahun, menandai persaingan sengit dalam industri kendaraan listrik Tiongkok.

Sejak akhir Mei 2025, BYD meluncurkan program diskon besar hingga 34 persen untuk sejumlah model.

BACA JUGA:Netizen Serbu Instagram Lamborghini Akibat Kecelakaan Tragis Tewaskan Diogo Jota

Strategi ini memang berhasil membalikkan tren penurunan penjualan yang sebelumnya terjadi selama tiga bulan berturut-turut.

Namun, kebijakan tersebut mendapat kritik dari sejumlah regulator di Tiongkok karena dianggap menciptakan persaingan harga yang tidak sehat dan berpotensi menekan margin keuntungan jangka panjang.

Sebagai respons atas tekanan tersebut, BYD mulai mengurangi intensitas diskonnya.

Perusahaan juga menandatangani perjanjian industri baru untuk membatasi pembayaran kepada pemasok maksimal 60 hari, sejalan dengan arahan pemerintah demi menjaga stabilitas rantai pasok.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: